24 November 2015

Cerita Singkat Tanpa Judul

# Kenari
Sinar mentari selimuti pagi. Parau dudung bersuara. Menata kata per kata. Bernyanyi takjub yg baru saja dilihat. Risih rasanya bila acuh. Goda2 sedikit perempuan berbalut putih abu2 itu. Dwi teramat malu. Tatapan dudung meresap sekali. Dwi terpikat. Tegur sapa jadi modus untuk mereka. Berujung dudung berharap ada pertemuan yg tak bisa selesai.
# merpati
Pertemuan suci. Dudung ingin awal itu tanpa akhir. Perasaan yg matang berbunga-bunga, mengantarkan dudung kelevel ingin memiliki dwi. Tapi suasana terlalu belia untuk menyatakan itu. Seiring hari, ada obrolan ringan yang menjadi kembang pertemuan2 diberikutnya. Dudung sekarang berkesimpulan jika dwi menatapnya selalu dingin beku. Bagi dudung ada hantu ragu ingin mengungkap isi benak kepada dwi. Dan seperti morfin. Yg djumpai diperasaannya tinggalah efek dari apa yg diraba keadaan. Ia bahkan tak menemukan lagi apa yg disebutnya asmara. Disadari. Dudung kembali mengenakan perasaan kosong. Walau disudut hati ada tersisa untuk merpati yg kini entah kemana kepakan sayapnya pergi.
# ayam jantan
Berangkat dari bisunya hati. Dudung lambat2 berlari menjauh menuju kemana melangkah. Baginya larut ke masalah lusa hanya menjemput letih atas kekesalan setia berteman selama ini. Diluar itu, dudungpun berpeluk anut. Jika wanita bukanlah dwi saja. Dan tak butuh waktu layu. Dudung sudah ada yg punya, Walau ingkari fikiran bahwa memang dwi yang kadung tertanam.
# gunung
Dudung tersungkur dititik bimbang. Pada kata apa dia mengucap? Sekarang dudung berjumpa dg sesal. Bahkan ia tak mampu memaafkan dirinya. Diribuan asa tinggalah susunan kehendak. Selamat, sbg pendamping jiwa masih ada yg dudung miliki. Maha baik. Siapa? Ialah penguasa hati pemilik utuh sluruh tubuh. Tiap diam ia memanjat petunjuk, mendaki zikir dan bersuci dari fikir yg melahap dunia.
#selang
Dari yang didapat dudung. Suara rendah makin membingung. Tapi dengan tegar ia putus dengan wanita selingan. Menghadap dwi lagi ia menatap incar.
# menjemput bianglala
Dudung menapaki nyanyian dari sebuah lagu perasaan. Dihari baik itu, ia tuang kegeraman kata-kata yang telah hampir kelewat usang kepada dwi. Ditempat damai mereka mengikat temu. Dudung memecah basa-basi. Dwi hanya menyipu diri. Agak panjang mereka berbincang ringan. Hingga dudung mengerahkan kalimat ini untuk dwi "adakah kau menerka diperasaanmu bila aku inginkan mu?" Dwi menambah "tentu, dan itu sejak dulu". Dudung mengundang jawaban dwi lagi "aku sudah lama menahannya. Dan engkau sekarang mengerti. Lalu, bagaimana? Bisakah di terima apa yang sudah lama tadi?" . Dwi mengangguk kecil. Dudung kegirangan. Setelahnya, hari itu adalah permulaan menelusuri perasaan mereka berdua.
# kancil
Sebentar dudung diruang kosong. Dia benar2 meracau bercampur memaki tentang hari itu. Karena baru dua minggu ia memiliki kasih, sudah dihadang dg bercabangnya hati. Yang kadang logikanya rusak hanya tanya. Mengapa mesti sahabatku yg menghancurkan? Gumam kecil dudung. Apa perempuan tersisa hanya dia?. Sebab apa ini terjadi? Sebab ada pertemuan antara mereka bertiga. Sebab maman merayu dudung ingin tahu siapa wanita yg sering diceritanya. Sebab maman selalu saja berhasrat  rebut dwi berpeluh tangan dibalik tubuh dudung lemas kecewa.
# Singa manusia lapar
Disandaran jiwa dudung saat ini dwi berada. Dua minggu lebih sudah dilewatinya sering bersama. Memadu lembut perhatian pengertian. Meski ada lebam biru hati dudung cemburu tentang dua hari lalu. Pada fikiran sempit dudung berkisah didirinya sendiri. Beranggap satu dwi tak mencukupi kehidupan kasih. Ia mendadak rakus kian buas berburu lawan jenis. Dibalik dwi yang menawan itu, dudung seolah lapar wanita untuk lepas dari dahaga. Dan dibelakang dwi, dudung menemukan dwi-dwi lainnya.
# Mawar
Cerah malah membuat sejoli gerah. Manis tentang berdua baru saja, sekarang tengkar meracau entah bahas apa. Padahal tadi ada buaian dwi yang berbuah belaian dudung. Sempat pula dwi berbagi secuil keluh. Dudung adalah lebih dari naung teduh. Tapi dimulai dari mana debat hal kecil itu muncul? Dwi ungkit kebaikan, dudung ungkit perhatian. Keceplos pula dudung nyaman dg dwi lainnya. Tak disadari diantara mereka, ada bunga ada duri. Mawar.
# membunuh pisau
Malam minggu yang abu2. Dudung menunggu hadirnya dwi. Sampai di ujung gelap dudung terperanjat nihilnya yang diharap. Ia bertanya lewat pesan singkat, tapi dwi terlalu mahal menjawab. dudung melelah. Terselip masih berprasangka baik. " mungkin dwi lupa bertambah marah" . Sebuah kesan untuk melepas janji sekaligus dwi.
# petir
Mengutip kejadian tadi malam. Minggu sore, Dudung disodorkan permintaan maaf dari dwi. Tapi dudung nyaman dg lirik lidah "usailah kita" . Dwi mencoba habis-habisan agar semua jelas. Dudung hanya bisa mengerahkan diam sembari meninggalkan dwi.
# musim semi
Detik tak kan mampu dihentikan. Dudung & dwi pun demikian. Lima bulan bekelana saling  sendiri. Namun dibawah sadar, mereka kembali berkenalan dg perasaan yg tetap. Masih ingin meneruskan cerita berdua. Dan entah apa yg terjadi. Mereka saling cari. Dudung menuju tempat ia mengungkap perasaan terbaiknya kepada dwi dulu. Begitu pula dwi. Berdua terkejut. Kebuntuan selama ini hanya ego. Dan mereka sehati lagi. Memantaskan perbaikan satu dg lainya.
#layangan
Baru sempat tiga hari menyatu. Dwi berlari ingin jumpa dudung. Dihunian sederhananya dwi temui. Berbutir-butir air matanya menumpah. Bagi dudung, dwi medadak hadir makin misteri. Dengan bersendu dwi sedikit menjelas bila ia akan berpindah ke sebrang pulau. Menempung jalan terang mencari pengetahuan. Sebuah tunjuk ayah yang sulit ditinggalkan dwi. Dudung meredakan dwi. Tapi tetap tak mau peluk dia. dan bahwa dia berpendirian. “ aku akan menjaga apa telah untuk ini” dwi berjanji jua dideras mengucur tangis “ aku pasti menjaga agar kita bisa selamanya”. 
# merpati LDR
Berat lari dari masalah. Kisah rumit hubungan dudung juga dwi terlampau sayang dilewatkan. Jarak membelah sebuah jumpa. Saling curiga hal biasa saat lama tak berkabar ria. Dihari yang tak menentukan, entah telah berapa hari berputar di tuduh-menuduh. Yang sebenarnya terjadi, mereka terikat rindu tanpa syahdu. Dudung mendamba wujud dwi didepannya lagi. Ingin ia betah di itu tanpa habis. Pun dwi. Berdua yang bisa dilakukan hanyalah menitip do'a penuh mohon agar tak ada yang ketiga dan lainya.
#telapak
Setengah dasawarsa sudah. Sekeping ruang menceraikan wajah dudung dwi. Sekembali ke halaman depan hidup dwi. Memang tiada kabar dudung menikung. Memantapkan dwi berlabuh menetap di hidup dudung.   
# hakiki
Kamis hinggapi dua insan. Di tepi waktu dudung rayakan. Kebesaran hati yg ia terima dari dan untuk dwi. Sekumpulan romantis telah berdua lalui. Surut pasang jadi bingkai hiasan alur sepanjang mereka. Ada sedikit dialog diselanya. Dudung  'terima kasih, lewatmu  aku mengerti ttg syukur. Semoga dikau tak pernah henti disini'. Jawab lembut dwi 'ku beri kasih untuk mu karena tanpamu ada ketiadaan arti hidupku'. Begitu banyak sudah apa yg terjadi dari awal hingga saat ini. Dan pasti mereka masih butuh berjuta2 manis pahit lagi.
#leganya tertusuk pisau tajam
Seperti tercakar seluruh batin dudung. Sekian panjang penantiannya sia-sia. Restu keluarga perempuan bak tembok raksasa yang kapan saja sigap merobohkan apa saja dudung ke dwi. Persis. Seketika dudung membaca semuanya begini, seketika itu pula ia pulang keawal rasa. Walau berat menghilangkan yang telah tercipta untuk dwi. Dan datang lagi lebih jerit sedih dwi. Tapi dudung berdamai dengan kerelaan.” Karena ibu mu adalah nasihat terbaik”  dudung menutup.

No comments:

Post a Comment

Komentarlah yang sopan. Tidak mengandung SARA, link aktif, serta mengandung unsur spam