Sekeping tulisan ini di ilhami dari sajian salah satu stasiun televisi nasional. Disitu ada berita sebentar tentang punahnya beberapa bahasa daerah nusantara. Kebanyak yang hilang ialah bahasa daerah-daerah timur elok Indonesia. Pemicunya entah apa bisa sirna. Tapi satu yang pasti, ditinggalkan sampai lupa, padahal memilikinya. Mengkhawatirkan, bila suatu nanti bahasa Indonesia juga senasib serupa.
Pelan-pelan kita digiring memakai istilah asing disekitar keseharian saat ini. Sebenarnya, kita bukanlah bangsa yang miskin kosakata. Kita punya pedomanya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Disanalah rumah bahasa kita. Bahasa Indonesia.
Seperti disinggung. Kita mudah tercekik istilah asing, terutama dari bahasa-bahasa di internet yang ganas itu. Penggunaan kosakata Indonesia di abaikan. Dan keberadaannya makin tergerus. Tengok saja, "diwajah yang kekinian" orang sering menutur chatting ketimbang ngobrol. Mungkin orang ini bosan memikul kosakata Indonesia. Kedalam lagi, penggunaan kata laundry seperti sudah melekat abadi di tempat pengingat dari pada istilah milik kita "pinatu". Di KBBI, pinatu berarti orang atau usaha yang bergerak dibidang pencuci pakaian. Sama maknanya dengan laundry. Keterlanjutan seperti itu kapan muncul tentu kita tidak berhak tahu. Tapi, barangkali karena merek (brand) usaha pinatu. Demikian penggunaan lawak yang semakin di singkirkan dan digeser dengan sebuah kosakata yang berasal dari tanah barat nan jauh sana. Komedi. Begitu pula istilah horor lebih dipilih. Karena kata seram telah usang. Pembawa acara televisi dinamai presenter, kadangkala host. Keren menyebut gadget,enggan beranjak ujar "gawai". Dan masih melimpah yang terlewatkan.
Bahasa Indonesia memang terlahirkan dari banyaknya kosakata bahasa didaerah di Nusantara. Walaupun, ada beberapa dikutip dari istilah asing. Karena memang kosakata di kita belum ada. Namun setidaknya, kita temukan dahulu memakai kosakata Indonesia. Bila tak jumpa, baru kita terjun ke istilah yang entah dari mana berasalnya.
Seperti gurindam dua belas menuang kalimat "jika hendak mengenal berbangsa. Lihatlah pada budi dan bahasa". Intinya, setiap kata adalah wujud kita sendiri. Dan raja bisa saja mati karena sembunyi dari kekayaan istananya. Hidupkanlah setiap kata yang engkau punyai, agar tak mati.
No comments:
Post a Comment
Komentarlah yang sopan. Tidak mengandung SARA, link aktif, serta mengandung unsur spam