Kali ini saya memposting opini tentang politik. Dimana seperti yang kamu ketahui, pada 2019 kita akan mengadakan pemilihan legislatif dan pilpres serentak se Indonesia. Dari sinilah, opini saya membungkus menjadi tulisan. Betapa tidak tergelitik jemari ini mengetik postingan mengenai politik. Setiap hari sumpek tontonan, status medsos, obrolan teman hanya muter-muter pilpres nanti.
Semenjak para calon presiden memamerkan calon wakilnya, semua suara dari penjuru internet dan berita televisi pada sibuk meng-iklankan jagoannya. Semua media pada rebutan menggiring dan merangsang kefanatikan sosok calon presiden. Memang, dalam dunia bisnis saja ( apalagi politik) yang namanya produk kalau Cuma ada dua barang berkompetisi yang sama fungsinya tapi beda merek, pastilah dari mereka saling menjatuhkan produk kompetitornya. Tujuan mereka sama. Mencari tadi, pemilih fanatik.
Alasan terbesar saya menulis ini adalah, karena tingkat kefanatikan tersebut bagi saya sudah melebihi ambang batas kecintaan kepada jagoannnya dan melebihi batas membenci calon lawannya. Padahal, kita-kita ini adalah korban. Para tersangkanya ialah mereka yang mempunyai kepentingan besar mengenai negara Indonesia ini.
Yang semakin membuat saya geram adalah status medsos teman-teman saya. Mereka seolah, mengerti betul persoalaan bangsa ini. Bencinya setengah mati kepada lawan jagoannya. Sampai-sampai mereka membuat berbagai macam upaya menjelek-jelekkan sicapres sebelah. Mulai dari status yang dibuat sendiri, link mengenai kebobrokan lawan sampai berbagi video yang menurut saya video garing kosong konten.
Sementara capres jagoannya, dilambung-lambungkan setinggi sampai fikiran tidak bisa lagi berfikir. Seakan-akan benci dan juga cinta itu terlalu mengada-ada. Akibatnya bisa konflik horizontal. ini, belum ngomongin hoax lho ya.
Harapan kecil saya, pembahasan orang Indonesia ini mbok yo jangan tentang politik melulu. Diluar negeri sana pembahasannya udah mengenai bagaimana hidup diplanet Mars.
Wahai teman mas mursit sekalian, sudah saatnya kita nggak usah cawe-cawe (ikutan) benci atau suka kepada salah satu capres dengan cara memposting mengenai benci dan cinta capres tadi. Jadilah orang yang fanatik berada ditengah-tengah. Tidak cinta tapi juga tidak benci. Kata cak nun, hidup ini dosis. Kalaulah kamu benci jangan bilang benci, jangan-jangan kamu malah suka. Kalau suka jangan terlalu jatuh suka, jangan-jangan kamu malah benci. Letakkan posisimu berada pada sikap moderat. Tidak kekanan tidak kekiri. Bukan saya mengajari kamu menjadi orang yang ambigu atau abu-abu. Tapi masmursitdot com hanya mengajak teman-teman sekalian supaya tidak ikut terbawa giringan pengolah iklan pilpres.
Walaupun, kalau kita mengkritik penguasa dicap sebagai anggota 2019 ganti celana. Sebaliknya, kalau kita mengkritik 2019 ganti celana dicap pro pemerintih. Semua itu, biarlah. Karena persepsi orang lain kepada kita, kita tidak bisa menghadangnya. Akhirnya, seperti dalam ajarannya agama saya dalam menyikapi masalah. Diam saja atau berkata yang baik. Kalau tidak bisa berkata yang baik, maka diam saja. Diam tapi juga harus berfikir. Jadi, saatnya nanti pencoblosan kamu sudah mantap milih siapa yang menurut kamu sesuai dengan pemikiran kamu. kamu tidak lagi memilih hasutan berbagai yang kamu dapatkan.
#selamatberfikir
No comments:
Post a Comment
Komentarlah yang sopan. Tidak mengandung SARA, link aktif, serta mengandung unsur spam